Friday, June 5, 2009

Askep Episiotomi dan IUFD

EPISIOTOMI


A. PENGERTIAN

Episiotomi adalah Episiotomi adalah insisi perineum yang dimulai dari cincin vulva ke bawah, menghindari anus dan muskulus spingter serta memotong fasia pervis, muskulus konstrikter vagina, muskulus transversus perinei dan terkadang ikut terpotong serat dari muskulus levator ani. Supaya memudahkan persalinan dan mencegah perinei ruptura totalis.


4 macam episiotomi :
1) Episiotomi medialis : dibuat digaris tengah
2) Episiotomi mediolateralis : dari garis tengah ke samping menjauhi anus.
3) Episiotomi lateralis : 1-2 cm diatas commisura posterior kesamping.
4) Episiotomi sekunder
Tujuan dari episiotomi itu sendiri adalah
1) mengurangi tekanan pada kepala bayi
2) membuat luka lurus dengan pinggir yang tajam, karena lebih mudah di jahit dan dapat sembuh dengan sempurna
3) mencegah trauma perineum dan melindungi musculus spincter ani.
4) dalam jagka lama, episiotomy mencegah kekendoran otot-otot dasar pelvis postnatal.
Sedangkan mereka yang mempunyai pandangan berbeda mengatakan :
1) luka episiotome mempunyai insidens yang lebih tinggi untuk terbuka dibanding jahitan pada laserasi spontan.
2) Garis jahitan ( sutura ) episiotomy lebih menyebabkan rasa sakit bagi ibu daripada laserasi spontan.
3) Bahkan apabila sembuh, episiotomy menyebabkan introitus lebih lebar dan jaringan perineum yang defektif.
4) Akibat jangka panjang pada butir tiga merupakan predisposisi untuk terjadinya :
a) Infeksi vagina
b) Gangguan respon sekual yang kadang-kadang sampai ketingkat dispareunia.

Kerugian episiotomy :
1. Episiotomy merupakan mutilasi apabila dilakukan tanpa alas an yang jelas.
2. Jaringan parut yang terjadi dapat menyebabkan dispareunia apabila jahitanya terlalu erat.
3. Apabila jahitan tidak terlalu erat vagina akan menjadi kendur dan mengurang rasa nikmat untuk kedua pasangan saat coitus.
4. Adanya jaringan parut ini akan mengakibatkan diperlukanya episiotomy pada kelahiran berikutnya.
Indikasi episiotomi :

1. Perineum kaku
2. Memerlukan peregangan yang berlebihan dari perineum (forsep & vakum)
3. Mengurangi tekanan pada kepala bayi (prematur).

Kontraindikasi episiotomi :

1. Bukan persalinan pervaginam
2. Kecenderungan perdarahan yang tidak terkontrol
3. Pasien menolak dilakukan intervensi operatif.

Saat episiotomi :

1. Kepala sudah kelihatan 3-4 cm waktu ibu mengedan
2. Saat pemasangan forsep
3. Sebelum melakukan ekstraksi pada letak sungsang

Penanganan luka episiotomi :

1. Prinsip : Hemostasis dan perbaikan anatomi.
2. Cara :
- Mukosa dan submukosa dijahit jelujur dengan cutgut kromik .
- Otot dan fascia dijahit jelujur dengan cutgut kromik .
- Kulit dan subkutis dijahit terputus dengan seide / sutera .
3. Obat-obatan :
- Analgetik / antiinflamasi
- Antibiotik bila perlu
4. Perawatan luka : Kompres dengan povidone iodine.
5. Informed consent : tidak perlu.


IUFD (Intra Uterin Fetal Death)

A.PENGERTIAN DAN PENYEBAB IUFD

Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death)dapat dikarenakan berbagai hal seperti:
1. terkena lilitan tali pusat,
2. pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi si ibu yang mengandung.
Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara:
1. memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin. Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan sebagian besar kasus bayi mati dalam kandungan karena kesalahan aktivitas yang dilakukan seperti berolahraga dengan gerakan-gerakan yang cukup giat/berlebihan. Karena itu dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya mengurangi aktivitas yang membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk mengantisipasi bayi yang dililit lehernya.Ibu hamil hendaknya selalu berhati-hati jika beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur.

tanda tanda kematian anak dalam rahim :
a) bunyi jantung anak tidak terdengar lagi.
b) Rahim tidak membesar malahan fundus uteri turun
c) Palpasi menjadi anak kurang jelas
d) Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kira-kira 10 hari
e) Ibu tidak merasa ada pergerakan anak lagi
f) Pada gambar rontgen terlihat :
o Tanda spalding :tulang-tulang tengkorak tutup menutupi, disebabkan isi tengkorak berkurang kerena otak mencair
o Tulang puggung sangat melengkung
o Adanya gelembung-gelembung gas dalam janin

4.Post Partum Spontan

A. Pengertian
Persalinan spontan ( spontaneous breech) adalah janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara Bracht Post Partum Spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri tanpa bantuan lain pervaginam.
.
B. Prosedur Pertolongan Persalinan spontan
1) Tahapan Pertama
Fase lambat, yaitu mulai lahirnya bokong sampai tali pusar (skapula depan) Disebut fase lambat karena fase inihanyauntuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin yang ridak berbahaya
2) Tahapan ke dua
Fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut. Disebut fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga kemungkinan tali pusar terjepit. Oleh karena itu fase ini harus segera diselesaikan dan tali pusar harus segera di longgarkan. Bila milut sudah lagir, janin dapat bernafas lewat mulut.
3) Tahapan ke tiga
Fase lambat yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase lambat karena kepela akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepela harus dilahirkan secara perlahan-lahan untuk menghindari terjadinya pendarahan intra kranial (adanya ruptura tentorium serebelli).

C. Teknik Persalinan Spontan
1) Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin maupun penolong. Pada persiapan kelahiran janin harus selalu disediakan cunam Piper.
2) Ibu tidur dengan posisi litotomi, sedang penolongberdiri didepan vulva. Ketika timbul His ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal paha. Pada waktu bokong mulai membuka vulva( crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intra muskulus. Pemberian oksitosin ini adalah untuk merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diseesaikan dalam 2 his berikutnya.
3) Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkam secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4) Pada setiap His ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak sangat tegang, talipusat dikendorkan lebih dahulu.
5) Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong hanya mengikutigerakan ini tanpa melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan gaya berat bdan janin. Bersamaan dengan dimulainya gerakan hiperlordosis ini, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uterus, sesuai dengan sumbu panggul. Maksud dari ekspresi Kristeller ini adalah :
a) Agar tenaga mengejan lebih kuat , sehingga fase cepat dapat segera diselesaikan (berakhir)
b) Menjaga agar kepala janin tetap dalam posisi fleksi
c) Menghindari terjadinya ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
6) Janin yang baru lahir diletakan di perut ibu. Seorang asisten menghisap lendir dan bersamaan dengan itu penolong memotong tali pusat.

D. Keuntungan dan Kerugian persalinan spontan
1) Keuntungan
a) Tangan penolong tidak masuk kedalam jalan lahir, sehingga mengurangi bahaya infeksi.
b) Cara ini adalah cara cara yang paling mendekati perslinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
2) Kerugian
a) 5-10% persalinan secara bracht mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letaksungsng dapat dipimpin dengan cara bracht.
b) Persalinan secara bracht mengalami kegagalan dalam keadaan panggulsempit, janin besar, jalan lahir kaku misalnya pada primigravida, adanya lengan menjungkir atau menunjuk.

Tambahan “

Therapy :
Captrofil : Derivat prolin ini adalah penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme) pertama yang digunakan efek peniadaan pembentukan AT II adalah vasodilatasi dan berkurangnya retensi garam dan air. Maka berbeda dengan Vasodilator lainnya zat ini tidak menimbulkan edema atau refleks tachycardia. Caftrofil digunakan pada hypertensi ringan sampai berat dan pada dekompensasi jantung, dan menurunkan tekanan darah.
Sefadroxil : Derivat p-hidroksi dengan sifat dan penggunaan sama dengan sefaleksin. Dianjurkan pula untuk radang hulu kerongkongan (sakit tenggorok,faringitis)
Valium : disamping khasiatnya ansiolitis relaksasi otot dan hipnotiknya,senyawa benzodiazepine ini juga berdaya antikonvulsif. Berdasarkan haiat ini diazepam digunakan pada epilepsy dalam bentuk injeksi IV terhadap status epileptikus.
Asam mafenamat : Pengurangan rasa nyeri.
Elkrip : menghambat produksi ASI.
Roborantia : Multivitamin.
Trombosit normal :150.000 – 440.000/mm3
HB normal : 10-11 gr/dl
Htc : 37-38 %
Leukosit : 4000 – 12000/mm2
Lochea adalah
Lochia adalah sekret dari cavum uteri dn vagina dalam masa nifas. Hari 1 – 2 lochia rubra berwarna merah berisi lapisan decidu, selaput ketuban, dan mekoneum. Hari 3 – 7 sanguilenta berwarna cokelat, sedikit darah, banyak serum selaput lencir leucocye. Hari 7 – 10 lochia serosa warna agak kuning cair. Hari setelah 2 minggu lochia alba berwarna kekuningan berisi selaput lendir leucocye dan kuman yang telah mat

DAFTAR PUSTAKA


1. Obstetri fisiologi,bag obstetry patologi dan ginekologi fakultas kedokteran UNPAD.
2. Hipertensi dalam kehamilan,handout dari Akademi Kebidanan aisyiyah Bandung
3. Mengatasi mual mual dan gangguan lain selama kehamilan,Denise Tiran .penerjemah Shirley Maya Arsetya, January 2007.DIGLOSSIA.
4. At a Glance system reproduksi edisi dua . linda J.Hennefer dan Danny J. Schust terbitan erlangga November 2006.
5. Depkes, RI, Perawatan Kebidanan Yang Berorientasi Pada Keluarga, (Perawatan III), Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, 1990.
6. Doenges, ME dan Moorhouse, MF, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2, Jakarta, EGC, 2001.
7. Hamilton, MP, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Jakarta, EGC, 1995.
8. Mansjor A, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Media Aeusculapius, 1999.
9. Mochtar Rusta, Sinopsis Obstetri, Jilid 1 dan Jilid 2, Jakarta, EGC, 1998.
10. Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan dan Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 3, Yayasan Bina Pustaka, 1999.
11. Prawirohardjo S, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, 2000.
12. Sulaiman S, Obstetri Fisiologi, Bagian Obstetri Gynekology Fakultas Kedokteran UNPAD, Bandung, 1989.
13. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.
14. Anatomi dan fisiologi terapan dalam kebidanan edisi 3 pengarang Sylvia verralls penerbit buku kedokteran EGC tahun 2003.
15. Carter FB, Wolber PGH. Episiotomy in : Sciarra J. Gerbie AB eds. Gynecology and
Obstetrics. Philadelphia : Harper & Row Publisher. 1979. 1-40.
16. Cunningham FG, McDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics. 19 th ed.
Connecticut : Appletonand Lange. 1992. 388-393.
17. Husodo L. Pembedahan dalam Persalinan Kala III dalam Winknysastro H,
Sumapraja S., Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan ed. 3. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1993. 882-884.
18. Mac. Donald PC. Conduct of Normal Labor and Delivery in Gant NF. Cunningham
FG. Basic Gynecology and Obstetric, 1 st ed. USA : Appleton and Lange. 1993.
346-350.

19. O’Brien WF, Cefalo RC, Labor and Delivery in Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL,
Obstetrics Normal & Problem Pregnancies. USA : Churchill Livingstone Inc. 1991.
431-432.
20. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG., dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.
21. Obstetric fisiologi.bagian obstetric dan gnekologi fakultas kedokteran Universitas Padjadjaran Ban

No comments: