studi kasus keperawatan maternitas oleh Ade Muttaqin, Windi Widia As, Ratih Rusyika Dewi, Novia Yuliana, Irawati, Dewi Rizki Utami Mahasiswa dari Akademi keperawatan Aisyyah Bandung
Solutio Placentae
Solutio placenta adalah pelepasan bagian atau seluruh placenta yang normal implantasinya antara minggu 22 dan lahirnya anak. Apabila pelepasan placenta sebelum minggu ke 22 disebut abortus.( OBSTETRI PATOLOGI: 120 )
Solutio placenta adalah terlepasnya plasenta yang lepasnya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat menyelundup keluar di bawah selaput ketuban yaitu pada solutio dengan perdarahan keluar; atau tersembunyi di belakang plasenta yaitu dengan solutio placenta dengan perdarahan tersembunyi; atau kedua-duanya; atau perdarahannya menembus selaput ketuban, masuk ke dalam kantong ketuban. ( ILMU KEBIDANAN: 376 )
Solotio placenta di sebut juga: abrutio placenta, ablatio placenta, accidental haemorrhage dan premature separatio of the normally implated placenta.
Klasifikasi solutio placenta
1. Solutio placenta ringan
• Bila plasenta lepas kurang ¼ bagian luasnya
• Ibu dan janin keadaan masih baik
• Perdarahan pervaginam, warna kehitaman
• Perut sakit dan agak tegang
2. Solutio placenta sedang
• Plasenta terlepas lebih ½, belum mencapai 2/3 bagian
• Perdarahan dengan rasa sakit
• Perut terasa tegang
• Gerak janin berkurang
• Palpasi janin sulit diraba
• Auskultasi jantung janin asfiksia ringan dan sedang
• VT ketuban menonjol
• Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
3. Solutio placenta berat
• Plasenta lepas > 2/3 bagian
• Terjadi sangat tiba-tiba
• Ibu syock
• Janin mati uterus sangat tegang dan nyeri
( ILMU KEBIDANAN: 380 )
Etiologi:
Sebab primer solutio placentae belum diketahui pasti. Faktot predisposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomaly atau tumor uterus, defisiensi gizi, merokok, konsumsi alcohol, penyalahgunaan kokain, serta obstruksi vena cava inferior dan vena ovarika.
( KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN: 279 )
Patofisiologi
• Perdarahan terjadi pada pembuluh darah plasenta/uterus membentuk hematoma pada desidua terdesak lepas dari dinding uterus
• Perdarahan terus-menerus otot terus meregang tidak mampu berkontraksi untuk menghentikan perdarahan
• Hematoma retroplasenter tambah besar seluruh atau ½ plasenta lepas
• Sebagian darah menyelundup di bawah selaput ketuban dan keluar melalui vagina mengadakan ekstravasasi diantara serabut otot uterus menimbulkan tegang dan nyeri
• Jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, > tromboplastin masuk ke dalam peredaran darah ibu pembekuan intravaskuler dimana2 menghabiskan sebagian lebih fibrinogen hipofibrinogenemi ggn pembekuan darah
• Perfusi ginjal tggu oleh karena syock dan pembekuan intravaskuler
• Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak
( ILMU KEBIDANAN: 379 )
Tanda dan gejala
• Perdarahan yang disertai nyeri, juga di luar his
• Anemi dan shock ( seringkali tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar )
• Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plecenta hingga rahim tegang ( uterus en bois )
• Palpasi sukar karena rahim keras
• Fundus uteri makin lama makin naik
• Bunyi jantung biasanya tidak ada
• Pada toucer teraba ketuban yang tegang terus menerus ( karena isi rahim bertambah
( OBSTETRI PATOLOGI: 123-124 )
Komplikasi
Tergantung luas palsenta yang lepas dan lamanya solutio placenta berlangsung. Komplikasi pada ibu ialah perdarahan, koagulopati konsumtif ( kadar fibrinogen kurang dari 150 mg% dan produk degradasi fibrinogen meningkat ), oliguria, gagal ginjal, gawat janin, kematian janin dan apoplaksia utero plasenta. Bila janin dapat di selamatkan, dapat terjadi komplikasi asfiksia, BBLR, syndrom gagal nafas.
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan Labolatorium darah: hemoglobin, hematokrit, trombosit, waktu protombin, waktu pembekuan, waktu tromboplastin parsial, kadar fibrinogen dan elektrolit plasma.
• KTG untuk pemerikssan kesejahteraan janin
• USG untuk menilai letak plasenta, usia gestasi, dan keadaan janin
( KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN: 279 )
Pentalaksanaan medis
I. Umum
1. pemberian darah yang cukup
2. pemberian O2
3. pemberian antibiotika
4. pada shock yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi
II. Khusus
1. terhadap hypofibrinogenaemi
- sustitusi dengan human fibrinogen 10 gram atau darah segar
- menghentikan fibrinolyse dengan trasylol ( protein inhibitor ) 200.000 S i.v selanjutnya kalo perlu 100.000 S/jam dalam infuse
2. Untuk merangsang diurese: mannit, mannitol. Diurese yang baik lebih dari 30-40 cc/jam
III. Obstetris
Pimpinan persalinan pada solutio plasenta bertujuan untuk mempercepat persalinan sedapat-dapatnya terjadi dalam 6 jam.
Alasan ialah:
- bagian placenta yang terlepas meluas
- perdarahan bertambah
- hypofibrinogenaemi bertambah
Tujuan ini dicapai dengan:
• pemecahan ketuban, dilakukan untuk mengurangkan tegangan dinding rahim sehingga mempercepat persalinan
• pemberian infuse oxytocin ialah 5 S dalam 500 cc glucose 5%
• SC dilakukan:
- kalau cervik panjang dan tertutup
- kalu setelah pemecahan ketuban dan pemberian oxytocin dalam 2 jam belum juga ada his
- kalo anak masih hidup
• hysterektomi dilakuakn kalau ada atonia uteri yang berat yang tak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim.
( OBSTETRI PATOLOGI: 127 )
Atonia uteri
Atonia uteri adalah gagalnya uterus untuk mempertahankan kontraksi dan retraksi normalnya sehingga terjadi perdarahan. ( Kedaruratan Obstetri dan ginekologi: 357 )
Etiologi
• partus lama
• pembesaran uterus yang terlalu berlebihan pada waktu hamil, spt pada hamil kembar, hydramnion atau janin besar
• multiparitas
• anestesi yang dalam
• anastesi lumbal
Penanganan
• lakukan massase uterus dan suntikan 0,2 mg ergometrin intra vena
• jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan kompresi bimanual pada uterus
• jika 2 tindakan di atas tidak juga menghentikan perdarahan, kemungkinan untuk melakukan ikatan arteri hipogastrika kanan dan kiri atau histerektomi. ( ILMU KEBIDANAN: 653, 655 )
Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus. Pengangkatan ini sangat jelas menimbulkan sterilitas, tetapi indikasi histerektomi biasanya tidak merupakan kontrasepsi yang di haruskan.
Indikasi prosedur ini setelah kehamilan meliputi:
• rupture atau inversi uterus
• tumor fibroid dn malignan
• plasenta akserta
• hemoragi post partum yang tidak terkontrol
• kehamilan abdomen bila organ-organ abdomen dan jaringan penunjang menjadi letak implantasi plasenta
kelahiran bayi sesarian yang diikuti dengan histerektomi mungkin dilakukan pada waktu yang sama, seperti pada kelahiran sesarian yang terakhir kali.
( Dasar-dasar Keperawatan Maternitas: 305 )
Histerektomi dalam kebidanan dapat dilakukan sesudah: a) seksio sesaria; b) persalinan pervaginan; c) terjadi rupture uteri.
Pemgangkatan uterus sesudah seksio sesaria di selenggarakan pada infeksi intrapartum yang berat, pada perdarahan karena atonia uteri yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain.( Ilmu Kebidanan: 871 )
IUFD( Intra Uterin Fetal Death )
Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna oleh ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan.( Ilmu Kebidanan: 786 )
IUFD sebelumnya disebut stillbirth, berhubungan dengan preeklamsia, eklamsia, absurpsio plasenta, plasenta previa, diabetes, infeksi, anomaly congenital dan penyakit iso imun.
Tanda-tanda pertama kematian janin:
• kurangnya gerakan janin
• diikuti dengan menurunnya secara bertahap tanda-tanda kehamilan
• denyut jantung bayi menghilang
• sonografi memperlihatkan tidak adanya denyutan jantung
• radiografi menunjukkan adanya tonjolan tulang-tulang kepala janin, disebut tanda-tanda spalding
Daftar Pustaka
- obstetric patologi , bagian obstetric dan ginekologi fakultas kedokteran universitas padjdjaran bandung edisi 1984
- buku saku manajemen komplikasi kehamilan dan persalinan cetakan 1 2006 EGC
- ilmu kebidanan .yayasan bumi pustaka sarwono prawirohardjo Jakarta 2007 cetakan TRIDASA PRINTER
- kapita selekta kedokteran edisi dua tahun terbit1989 cetakan BINA USAHA Jakarta
- kapita selekta kedokteran edisi tiga jilid 1 media Aesculapius UI cetakan 2005
- kapita selekta kedaruratan obstetric dan ginekologi “ Ben –Zion Taber, M.dEGC cet 1 1994.
- Dasar-dasar keperawatan Maternitas “persis mary hamilton terbitan EGC tahun1995
- Buku ajar keperawatan maternitas edisi 4 karya bobak-lowdermilk-jensen terbtan EGC 2005
-
-
No comments:
Post a Comment